Dalamkesempatan itu, calon gubernur NTB HM Ali Bin Dachlan (Ali BD) memberikan tausiyah kepada jamaah. Ali BD memberikan wejangan dengan menggunakan bahasa Sasak. Karena baginya tidak semua orang bisa menyampaikan materi pengajian dalam bahasa Sasak. "Hari ini saya akan memberikan pengajian dalam bahasa Sasak," ujarnya.
This research purpose was to describe linguistic data related to language preservation planning in children through family and school environments in folklore. The method of this research was a descriptive qualitative which describes the influence of using folk tales to preserve the Sasak language. In the analysis, the data was in the form of linguistic data that contains moral values that can be taught to children through folklore and can strengthen Sasak language porting. The result of this research was the factors that can influence the training of the Sasak language can be found through folk stories. Children can also practice Sasak languages starting from sitting in Kindergarten so that the Sasak language doesn't become extinct. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita- 193 JURNAL ILMIAH GLOBAL EDUCATION MELESTARIKAN BAHASA SASAK MELALUI CERITA-CERITA RAKYAT PADA LINGKUNGAN KELUARGA DAN SEKOLAH UNTUK ANAK USIA DINI YANG DITINJAU DARI PENDEKATAN SOSIOLINGUISTIK Baiq Yulia Kurnia Wahidah Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Institut Pendidikan Nusantara Global, Praya - Indonesia, 83511 History Article Article history Received November 5, 2020 Approved November 30, 2020 ABSTRACT This research purpose was to describe linguistic data related to language preservation planning in children through family and school environments in folklore. The method of this research was a descriptive qualitative which describes the influence of using folk tales to preserve the Sasak language. In the analysis, the data was in the form of linguistic data that contains moral values that can be taught to children through folklore and can strengthen Sasak language porting. The result of this research was the factors that can influence the training of the Sasak language can be found through folk stories. Children can also practice Sasak languages starting from sitting in Kindergarten so that the Sasak language doesn't become extinct. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data kebahasaan terkait perencanaan pelestarian bahasa pada anak melalui lingkungan keluarga dan sekolah dalam cerita rakyat. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggambarkan pengaruh penggunaan cerita rakyat dalam melestarikan bahasa Sasak. Dalam analisis, data berupa data kebahasaan yang mengandung nilai-nilai moral yang dapat diajarkan kepada anak melalui cerita rakyat dan dapat memperkuat porting bahasa Sasak. Hasil dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelatihan bahasa Sasak dapat ditemukan melalui cerita rakyat. Anak-anak juga bisa berlatih bahasa sasak mulai dari duduk di TK agar bahasa sasak tidak punah. Keywords Preservation Sasak Language, FolkloreEmail yuliakurnia_wahidah PENDAHULUAN Ketika dua atau lebih bahasa bersanding dalam pemakaiannya di masyarakat, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, kedua bahasa itu hidup berdampingan secara berkeseimbangan dan memiliki kesetaraan. Kedua, salah satu bahasa menjadi lebih dominan, Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 194 menjadi bahasa mayoritas, dan menjadi lebih berprestise, sementara yang lain berkondisi serba sebaliknya, bahkan terancam menuju kepunahannya. âRapid change often occurs when there is extensive bilingualism, which can lead to one language being lost altogetherâAnonbi. 1999. Kemungkinan kedua menjadi kenyataan di Indonesia dalam kaitan dengan bersandingnya bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah Chaer, dkk. 2010. Kemungkinan akan punahnya suatu bahasa dicemaskan oleh banyak pihak. Berangkat dari keprihatinan akan matinya banyak bahasa, UNESCO Holmes, 2001 mencanangkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional pada suatu konferensi bulan November 1999 dan mulai merayakannya sejak tahun 2000. Ada alasan mendasar mengapa kepunahan suatu bahasa sangat dikhawatirkan. Bahasa memiliki jalinan yang sangat erat dengan budaya sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan Hymes. 1889. Karena begitu eratnya jalinan antara bahasa dan budaya, Menurut Dawson mengatakan, tanpa bahasa, budaya kita pun akan MATI Anonbi. 1999. Hal ini bisa terjadi karena, sebagaimana dikatakan oleh Fishman. 1996, bahasa adalah penyangga budaya; sebagian besar budaya terkandung di dalam bahasa dan diekspresikan melalui bahasa, bukan melalui cara lain. Ketika kita berbicara tentang bahasa, sebagian besar yang kita bicarakan adalah budaya. Untuk menghambat atau mencegah laju kepunahan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia khususnya bahasa Sasak, akan dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui pelestarian dalam perencanaan bahasa tersebut. Bahasa Sasak dapat dilestarikan melalui cerita-cerita rakyat tempo dulu yang menjadi mediasinya. Cerita âcerita rakyat ini dapat diberikan kepada anak-anak usia dini yang dimulai dari lingkungan pertama yaitu keluarga dan lingkungan kedua yaitu pada sekolah atau lingkungan formal. Pada lingkungan formal akan dikhususkan bagi anak-anak usia dini sampai pada tingkat SD. Cara ini dimulai dari tingkat PAUD atau TK hingga SD. Tujuan kebijaksanaan bahasa adalah dapat berlangsungnya komunikasi kenegaraan dan komunikasi intrabangsa dengan baik, tanpa menimbulkan gejolak social dan emosional yang dapat menganggu stabilitas bangsa Kridalaksana. 2006. Melalui suatu kebijakan untuk pelestarian bahasa inilah akan dikembangkannya bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia khususnya pada bahasa masyarakat suku Sasak. Kebijaksanaan ini juga harus berdiri dari paying hokum yang menaunginya. Sehingga pada pembelajaran di tingkat sekolah diadakan mata pelajaran muatan local yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan permen Diknas No. 22 tahun 2006. Oleh karena itu pelestarian perencanaan bahasa dimulai melalui lingkungan pertama yaitu keluarga dan dilanjutkan lagi pada lingkungan sekolah tingkat pertama yang terdiri dari PAUD,TK, sampai pada SD. Pelestarian bahasa ini diperuntukkan untuk para generasi emas bangsa ini, karena merekalah yang akan mengembangkan perkemabangan bahasa kedepannya. Maka, sudah seharusnya mereka diajarkan mulai dari awal bahasa-bahasa daerah mereka khususnya bahasa Sasak. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Di mana data-data yang ditemukan di lapangan akan dideskripsikan secara menyeluruh dengan menggunakan tiga tahapan strategis, yaitu tahap penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Penyediaan data dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta kebahasaan yang berkaitan dengan penggunaan perencanaan analisis data menggunakan metode etnografi komunikasi yaitu komponen tutur dari miliknya Dell Hymes âSPEAKINGâ. HASIL DAN DISKUSI a. Fokus Perencanaan Bahasa Masalah berikutnya dalam perencanaan bahasa adalah, apakah sasaran perencanaan bahasa itu. Dari berbagai kajian yang dapat dilihat sasaran perencanaan bahasa itu yang dilakukan setelah menetapkan kestatusan bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, yaitu Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 195 1 pembinaan dan pengembangan bahasa yang direncanakan sebagai bahasa nasional, bahasa resmi kenegaraan, dan sebagainya; dan 2 khalayak di dalam masyarakat yang diharapkan akan menerima dan menggunakan saran yang diusulkan. Maka sesuai dengan fokus dari perencanaan bahasa ini adalah status yang ditujukan kepada masyarakat luas agar dapat diterima dan dikhususkan kepada anak-anak usia dini. Apabila sasaran perencanaan bahasa ini adalah khalayak dalam masyarakat, maka perencanaan itu antara lain 1. Dapat diarahkan kepada golongan penutur asli yang bukan penutur asli 2. Kepada yang masih duduk dibangku sekolah atau yang bersekolah 3. Kepada kaum guru pada jenjang sekolah dasar 4. Kepada khalayak dalam kelompok komunikasi media massa majalah, surat kabar, televise, film, dan lain sebagainya, juga kepada kelompok-kelompok sosial lain yang ada di dalam masyarakat. Sesuai dengan suatu perencanaan bahasa juga harus diikuti dengan beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaannya. Dalam makalah ini pelaksanaan perencanaan bahasa difokuskan pada status masyarakat yang akan menggunakan bahasa ini dan pelaksanaannya di lingkungan keluarga dan sekolah. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama untuk mengembangkan bahasa daerah sebagai bahasa ibu untuk anak-anak. Sehingga anak-anak tidak akan meninggalkan bahasa daerahnya sendiri. Yang kedua adalah lingkungan sekolah yang diberikan pada mata pelajaran muatan lokal. b. Fenomena-fenomena yang terjadi Berdasarkan fokus dari penulisan makalah ini adalah anak usia dini, maka ada dua fenomena yang dapat ditemukan. 1. Di lingkungan keluarga Seorang ibu biasanya akan mendongengkan anaknya ketika akan tidur atau sebagai pengantar dalam tidur mereka. Ibu akan menceritakan cerita-cerita rakyat yang bisa diambil manfaatnya bagi anak mereka. Salah satu contoh dari cerita rakyat di pulau Lombok adalah tegodek-godek dan tuntel. Konteks data Di kutip dari muatan local Lalu Ratmaja âNengke ken inaq nyeritaang Arya spook cerita sik bagus geti, cerita ine teparan aran Tegodek-godek bekek tuntel. Laek Amaq tegodek-godek lalo ojok sedin kokok ken ngenti lolon puntik sik eler. Sohan ne sik wah dating tono, bedeitlah iye kence amaq tuntel.â Percakapan antara Tegodek-godek dan Tuntel Tegodek-godek âyoh wah tene aran taok mek tuntel, paran ku eku ken bejuluan dating sik enteâ Tuntel aok, kan je kente ngenti lolon puntik sik eler amaq tegodek-godek. Tegodek-godek pede ngeno je tujuante ketek ine. Sohanne sik wah sue ngenti eler sopok lolon puntik. Neke lolon puntik ine arak sekek jerine begi duene iye pede sepeleng. Amaq tegode-godek beit potone kence buakne terus lok tuntel beit tunggakne. Tene anakku arak pelajaran sik beu tebeit, amaq tegodek-godek beit poto knce buak puntik ino tujuaanne agekne meuk buakne deit egekne endek meuk tuntel sik becik. Cara marak sik ngene anakku endek te kanggo nurutang ye, jerine lamunete bedoe epe-epe jemak terus arak baturte endek te kanggo mele mesak harus te bareng. Sohan ne sik wah pede meuk keduakne ulek lah ye jok tengak gawah malik. Nah amaq tegodek-godek jeukne poton puntik kence buak puntikne taek ojok lolon kayuk lamun tuntel je talet ne ye lek bawak tunggak ne ino. Jeri tujuan tuntel nalet ye adekne sik beu bebuak malik. Sohan sik ino, buek lah buak puntik amaq tegodek-godek deit lolon puntik ne endah goro. Laguk lamun tuntel je wah mulei idup, deit kene gelis bebuak. Ngone-laek, turun amaw tegodek-godek lekan lolon kayuk, gitakne lolon puntik tuntel. Jerine wah iri geti ye sengakne gitak ye ngeno. Percakapan Tegodek-godekwah bebuak puntik ne amaq tuntel Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 196 Tuntel aok amaq tegodek-godek,wah bebuak ye ne, ide ngumbe puntikde wah bebuak? Tegodek-godek aok pede mesi wah kene bebuak endah, amaq tuntel arak wah ruene masaka no sekek beu ke ite ngerasak ye sekek? Tuntel aok ngke, eku endek ku tao belete endah, ide sik biese. Neke ku neti ide le bawak Tegodek-godek aok, enti neke ku juang turun. âSohan ne sik wah taek mulei ye ngaken puntik amaq tuntel, lamune beketoak amaq tuntel mbe puntik ino jawabanne endek man doing. Jerine sampai ne buek puntik amaq tuntel sik ne ngaken ye mesak-mesak. Amaq tuntel sik bedoe puntik jene endek ne meuk sik ne.â Gambaran dari cerita ini adalah seorang tegodek-godek atau seekor monyet dan seekor tuntel kancil yang hidup di hutan belantara. Pada suatu pagi mereka pergi ke hilir sungai untuk menunggu batang pohon yang terbawa arus sungai. Setelah mereka mendapatkan batang pohon pisang tersebut, maka mereka membagi duanya. Si Tegodek-godek mengambil ujung pisang beserta buahnya dan batangnya diberikan kepada si Tuntel. Setelah itu lalu mereka pulang ke hutan. Si tegodek-godek membawa ujung pisang dan buah pisangnya naik ke atas pohon sedangkan si Tuntel menanam batang pisang tersebut. Setelah beberapa kemudian, maka si tegodek-godek yang kelaparan karena pisangnya sudah habis dimakan, maka dia turun dari atas pohon dan melihat pohon pisang milik tuntel sudah besar dan berbuah. Sedangkan dia pohon pisangnya sudah mengering. Ia pun meminta kepada si Tuntel untuk melihat apakah ada buah pisang yang sudah matang. Si tuntel pun mengizinkan, karena ia memiliki badan yang kecil dan tidak bisa memanjat. Namun, dengan sifat rakusnya ia hanya memakan buah pisang milik Tuntel sampai habis dan tidak memberikan satupun kepadanya. Itulah gambaran dari cerita tersebut. Maka dari fenomena ini dapat dipetik pelajaran yang bernilai moral bagi seorang anak. Dapat dilihat dari percakapan seorang ibu âCara marak sik ngene anakku endek te kanggo nurutang ye, jerine lamunete bedoe epe-epe jemak terus arak baturte endek te kanggo mele mesak harus te bareng. Yang artinya âwahai anakku cara yang seperti ini mau, cara yang rakus dan mau menang sendiri, mengambil hak orang lain tidak boleh dilakukan. Apabia nanti kamu mempunyai barang atau makanan dan ada temanmu maka kamu harus memberikannya juga kepadanyaâ. Inilah salah satu nilai moral yang dapat ditanamkan kepada anak. Anak juga dapat menerima bahasa ibu yaitu bahasa daerahnya sendiri. 2. Lingkungan sekolah Pada lingkungan sekolah akan menggunakan cerita seperti di atas. Akan tetapi konteksnya akan berbeda. Para guru akan memberikan pelajaran ini melalui mata pelajaran muatan local pada anak tingkat SD dan untuk anak-anak tingkat PAUD atau TK akan diberikan pada tema budaya. Seorang guru akan menggunakan bahasa daerah. Tujuannya adalah untuk mengenalkan ini adalah salah satu cerita rakyat yang ada di pulau Lombok dan dapat dipelajari oleh peserta didiknya. c. Pemertahanan dalam Perencanaan Bahasa Untuk dapat mempertahankan kelestarian bahasa daerah yang ada di masyarakat suku Sasak. Maka perlu adanya suatu perencanaan agar pemertahanan dalam pelestariannya tetap terjaga adan tidak mengalami kepunahan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pemertahannanya adalah sebagai berikut 1. Cerita-cerita rakyat yang ada di pulau Lombok dibuat menjadi cerpen yang berisi kumpulan cerita-cerita pada masa lampau atau berbentuk legenda. 2. Pemerintah setempat mengadakan pelatihan yang khusus mengenai penerapan bahasa Sasak untuk guru-guru mata pelajaran muatan local. 3. Para ibu-ibu sebaiknya mengajarkan anak-anaknya untuk tetap menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertamanya, contohnya ketika mendongengkan ketika akan tidur. 4. Diadakannya perlombaan-perlombaan untuk tingkat anak-anak dalam membaca cerita rakyat dengan menggunakan bahasa daerah. Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 197 5. Diadakannya pertunjukkan seperti drama kolosal yang memuat cerita-cerita rakyat dengan mediasi bahasa daerah beserta semua yang berkaitan dengan daerahnya. 6. Para guru dalam memberikan pelajaran di kelas atau sekolah sebaiknya membuka pelajaran menggunakan bahasa daerah masing-masing. Untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu perencanaan bahasa Sasak ini, maka perlu diadakan suatu evaluasi. Evaluasi merupakan suatu cara yang dilaksanakan untuk melihat bagaimana perkembangan dalam perencanaan bahasa yang sudah dilakukan. Dalam evaluasi perencanaan bahasa itu memang sukar dilaksanakan. Umpamanya mengealuasi bidang pembakuan bahasa, sebab pembakuan bahasa itu biasanya tidak disertai dengan pemerian terperinci mengenai sasarannya, dan tidak pula diberi kerangka acuan waktu bilamana hasilnya kira-kira akan tercapai Kridalaksana, 2006 Oleh karena itu dalam hal ini perlu diadakannya kerjasama baik dari pemerintah maupun dari masyarakat pada umumnya. Karena keberhasilan suatu pemertahanan suatu bahasa tidak akan berjalan apabila hanya dianggarkan oleh pemerintah saja akan tetapi peran serta masyarakatlah yang akan menjadi tonggak dalam keberhasilannya. Masyarakat adalah mitra tutur yang akan mengembangkannya kepada para anak-anak mereka untuk tetap mempertahankan penggunaan bahasa Sasak. KESIMPULAN Berdasarkan dari penelitiandi atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan, untuk meningkatkan pemertahanan bahasa Sasak maka perlu diadakannya beberapa perencanaan bahasa yang dilaksanakan oleh pemerintah beserta masyarakat pada umumnya. Bahasa Sasak akan tetap berkembang dan tidak akan punah apabila pemertahanannya dimulai dari lingkungan keluarga dan sekolah yaitu bagi anak-anak usia dini. Anak-anak inilah yang akan mengembangkan bahasa Sasak untuk kedepannya, sehingga rasa cinta mengenai bahasa tersebut harus ditanamkan sejak dini. Sesuai dengan fokus dari penulisan makalah ini adalah berkaitan dengan status yang ada di masyarakat suku Sasak pada umumnya. Maka potensi yang dapat mempertahankan pemertahanan bahasa Sasak adalah keluarga dan sekolah sebagai mitra tuturnya. Pada lingkungan keluarga biasanya seorang ibu akan menceritakan cerita-cerita rakyat menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Sedangkan dalam lingkungan sekolah akan diberikan pada tema budaya, yaitu menceritakan cerita rakyat kepada anak didik mereka tentunya dengan mediasi bahasa daerah. DAFTAR PUSTAKA Anonby, Stan J. 1999. â Reversing Language Shift Can Kwakâwala Be Revivedâ dalam Reyhner, Jon dkk. Ed.. Revitalizing Indigenous Languages. Flagstaff, AZ Northern Arizona University. Chaer, dkk. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta PT Asdi Mahasatya. Holmes, An Introduction to Sociolinguistics 2nd edition. Longman. Hymes. Dell. 1889. Foundation In Sosiolinguistic An Ethnographic Approach. Philandelpia University of Pennsylvania Press. Fishman, Joshua. 1996. âWhat Do You Lose When You Lose Your Language?â dalam Cantoni, G. Stabilizing Indigenous Languages. Flagstaff Center for Exellence in Education, Northern Arizona University. Kridalaksana, Kosakata dari Bahasa Daerah dan Masalahnyaâ. Disajikan dalam Seminar Internasional Leksikografi. Jakarta. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.Sasambomerupakan singkatan dari Sasak, Samawa, Mbojo, yakni suku-suku yang mendiami Provinsi Nusa Tenggara Barat. Buku cerita rakyat ini berisi ajaran atau pendidikan moral, budi pekerti, nasehat, dan simbol-simbol filsafat (pandangan hidup), dan buda Buku itu memuat 9.498 istilah matematika dalam bahasa Inggris yang diartikan dalam
ArticlePDF Available AbstractIn this paper, there are two problems to be answered, namely are 1 the comparison between Sasak and Samawa folktales and 2 the description of Sasak and Samawa people based on the folktales. The folktales used as data are 1 Batu Goloq Sasak and Batu Plantolan Samawa; Mandalika Sasak and Lala Buntar Samawa; and 3 Tegodek dait Tetuntel Sasak and Ne Bote Ne Kakura Samawa. Data are gathered through library research. Problems are answered using Levi-Strauss structural theory saying that tale is the gate of understanding the people. It is found that the relation of each group of tales shows a consistency in similarities and differences. Batu Goloq and Batu Plantolan give a description that Sasak people tend to solve problems by themselves as a consequence of being closed people, while Samawa people tend to invite others in solving their problems as a consequence of being opened people. The similar characters found in Mandalika and Lala Buntar specifically in miteme processing, in taking decision, and solving problems. Mandalika is characterized as a closed figure, while Lala Buntar is an opened one in deciding and solving the problems. The comparison between Tegodek dait Tetuntel and Ne Bote Ne Kakura shows that Sasak and Samawa people tend to protest any mistreatment from high class community toward a lower class community. It is the manifestation of the same view toward refusal and disagreement to the oppression done by high status people. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. A preview of the PDF is not available ... Sesuai dengan UU Sisdiknas No 20 tahun 2003, kompetensi muatan lokal dapat berupa bahasa daerah, adat istiadat, kesenian daerah, dan hal lain yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah masing-masing terutama ciri khas dari sumbawa itu sendiri. Untuk provinsi NTB, pembelajaran muatan lokal yang diajarkan di Sekolah Dasar berisi mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Sumbawa Bahri, 2018. Pembelajaran aksara lokal satera jontal sumbawa bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siawa terhadap aksara jontal sumbawa tersebut yang meliputi empat aspek keterampilan dan bahasa pada siswa yaitu keterampilan dalam mendengarkan guru menjelaskan, berbicara dengan mennggunakan aksara, membaca huruf aksara, dan menulis Aksara Marliana & Jazadi, 2020. ...Gina AnggrainiAsrin AsrinThe local script is one of the nation's cultural treasures. One of the local characters owned by the Indonesian people is the Satera Jontal script. Satera Jontal is a local script from Sumbawa, West Nusa Tenggara. This script is used to write and read the Sumbawa language which was spoken on the western part of the island of Sumbawa in the past. The purpose of this research is to increase student interest in learning Sumbawa script through interactive learning media. Research Methods This research uses a quantitative descriptive approach. Retrieval of data in this study was collected through a survey method by distributing questionnaires to elementary school SD children in grade VI six. The survey was conducted to determine the interest in learning Sumbawa Sumatran Jontal characters through the use of interactive learning media. The results showed that students' interest in Sumbawa script was still very low. Therefore, efforts are made to increase student interest in learning Sumbawa script. These efforts must pay attention to the following the interactive learning media used must be appropriate so that it makes it easier for students to learn Sumbawa script.... Selain itu dalam lingkungan keluarga orang tua cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari baik itu dengan keluarga maupun anak-anak. Orang tua jarang mengajarkan bahasa daerah atau sekedar mengenalkan aksara Sasak pada anak-anaknya Bahri, 2018. ...Aksara sasak merupakan warisan kebudayaan suku sasak yang memiliki identitas, keunikan tersendiri dan patut dilestarikan. Keberadaan aksara sasak saat ini semakin terkikis seiring perkembangan globalisasi dan modernisasi di tengah masyarakat. Bahkan banyak generasi muda tidak mengetahui aksara sasak baik itu bentuk tulisan maupun pelafalannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aksara sasak ini masih bertahan dalam lingkup masyarakat di era globalisasi dan modernisasi sekarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan survey dan wawancara. Responden penelitian ini adalah orang tua dan remaja. Masalah yang dikaji adalah bagaimana minat generasi muda dalam mengetahui aksara sasak? Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat generasi muda dalam mengetahui aksara sasak ternyata sangat rendah. Indikator yang menunjukkan rendahnya minat generasi muda dalam mengetahui aksara sasak antara lain generasi muda menganggap aksara sasak kuno dan kampungan, terjadinnya globalisasi dan modernisasi, kurangnya penyalur cerita dari orang tua zaman dahulu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan perlu beberapa upaya untuk membangkitkan minat generasi muda dalam mengetahui aksara sasak agar tidak terkikis salah satunya dengan pemanfaatan teknologi informasi seperti, membuat konten kreatif mengenai aksara sasak kemudian menguploadnya di akun youtube atau instagram untuk menarik minat para pemuda, membuat buku khusus tentang aksara sasak... Tulisan ini membandingkan dua cerita dari suku yang berbeda. Bahri pada tahun 2018 melakukan kajian berjudul "Perbandingan Cerita Rakyat Sasak dan Samawa Upaya Memahami Masyarakat Sasak dan Samawa Bahri, 2018. ...NFN KambangThis paper aims to compare two folklores, Terjadinya Bukit Tangkiling and Tangkuban Perahu, based on structuralism. These folktale come from two different area. The story of Bukit Tangkiling from the area of Central Kalimantan and Tangkuban Perahu from West Java. These folklores tell the story of a central character who runs away from home as a result of being hit by his mother. That character then grows up and eventually falls in love with his own biological mother. The aim of this writing is to compare Bukit Tangkiling and Tangkupan Perahu in order to reveal who is the first to quote or transform from these two stories. The method used is a qualitative method. The analysis is to reveal the differences and similarities of the central figures in those folklores. The writer found that those stories contain several similarities and events names of characters, settings, plot and ini bertujuan membandingkan cerita rakyat âTerjadinya Bukit Tangkilingâ dan âTangkuban Perahuâ dengan pendekatan strukturalisme. Dua cerita rakyat tersebut berasal dari daerah yang berbeda. âBukit Tangkilingâ dari Kalimantan Tengah dan âTangkuban Perahuâ dari Jawa Barat. Dua cerita rakyat itu sama-sama mengisahkan tokoh sentral yang lari dari rumah akibat kepalanya dipukul oleh ibunya. Setelah tumbuh dewasa, tokoh sentral itu jatuh cinta kepada ibu kandungnya sendiri. Dari penulisan ini diharapkan diketahui cerita apa yang mengungkapkan kutipan terlebih dahulu atau mentransformasikan jalan cerita. Metode penulisan ini adalah metode kualitatif. Analisis dilakukan untuk mengungkap perbedaan dan persamaan melalui tokoh sentral yang ada di dalam cerita rakyat tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan peristiwa, seperti nama tokoh, latar, alur, dan subtema.... Persinggungan antara dua kelomok etnis tersebut telah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Mengingat daerah Lombok dan sekitarnya adalah wilayah kekuasaan kerajaan Karangasem Bali Bahri, 2018. Maka dari itu suku Sasak dalam perkembangan sejarahnya banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan Bali. ... Arif Widodop class="JOURNALABSTRACT-TITLE">Lombok Barat memiliki keragaman budaya yang sangat tinggi. Berbagai macam suku, agama dan budaya hidup berdampingan di Lombok Barat. Salah satu bentuk budaya yang terus dilestarikan oleh masyarakat Lombok Barat adalah ritual Perang Topat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai budaya ritual Perang Topat sebagai sumber pembelajaran IPS di sekolah dasar. Penelitian ini didesain dalam bentuk penelitian kualitatif dengan pendekatan etnometodologi. Pendekatan etnometodologi digunakan untuk menggali, menjelaskan memahami, dan menguraikan nilai-nilai budaya yang terdapat pada ritual Perang Topat. Tahapan dalam penelitian ini antara lain pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengumpulan data melalui observasi dan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan model analisis tema Spradley. Analisis dilakukan bersama-sama dengan pengumpulan data. Tahapan analisisnya adalah analisis domein, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema kultural. Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini antara lain nilai-nilai apa saja yang terdapat pada ritual Perang Topat? Apakah nilai budaya ritual Perang Topat relevan dengan KI/KD atau tema pembelajaran IPS di sekolah dasar? apa saja topik pembelajaran yang relevan dengan nilai budaya ritual Perang Topat? Hasil penelitian menunjukkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam ritual Perang Topat antara lain nilai kompromi, nilai religius, nilai historis, nilai kebersamaan dan persamaan derajat, nilai gotong royong, nilai musyawarah dan kekeluargaan, serta nilai toleransi. Nilai-nilai budaya dalam ritual tersebut relevan dengan topik pembelajaran IPS di kelas IV dan VI. Topik pembelajaran yang relevan dengan nilai budaya ritual Perang Topat antara lain tema 1 âindahnya kebersamaanâ, tema 7 âindahnya keragaman di Negerikuâ dan tema 8 âdaerah tempat tinggalkuâ yang terdapat di kelas IV serta tema 2 âpersatuan dalam perbedaanâ di kelas VI.Abstract Etnis Sasak seperti halnya etnis-etnis yang lainnya mempunyai identitas dan keunikan sendiri. Bahasa Sasak yang merupakan identitas etnis Sasak sampai sekarang masih memiliki fungsi praktis sebagai alat komunikasi, yaitu dipergunakan dalam komunikasi sehari-hari oleh penuturnya. Hal tersebut terbukti dari penggunaan bahasa Sasak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat penuturnya, seperti pembicaraan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, kantor, dan masih ada yang menggunakannya sebagai bahasa pengantar di lingkungan sekolah. Di samping berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa Sasak juga berfungsi sebagai alat pengungkap rasa seni. Hal ini dapat dilihat dalam aktivitas sastra seperti bekayaq, wayang sasak, lelakaq, cilokaq, dan tradisi lisan lainnya yang menggunakan bahasa Sasak sebagai media pengungkapnya. Masyarakat Sasak seperti juga masyarakat etnis lain mempunyai beragam sastra lisan, seperti pantun, mantra, syair, dan cerita-cerita rakyat prosa. Sastra lisan Sasak sebagai bagian dari kebudayaan yang pernah hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, tentu mempunyai fungsi dan kedudukan di tengah-tengah masyarakat penuturnya, seperti sebagai sarana penghibur, pendidikan, dan komunikasi. Sebagai salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki oleh suku Sasak di Pulau Lombok, cerita rakyat merupakan kekayaan budaya yang mengandung nilai-nilai budaya bagi masyarakat penuturnya.
BACAJUGA: Cerita yang Dikupas dalam Wayang Sasak Setelah itu sang wali sudah menceritakan wayang kepada kawan-kawan sepermainannya. Cerita lainnya, tentang seorang wali bernama Pangeran Sangupati Urip yang datang ke Lombok untuk mengobati masyarakat Lombok yang saat itu terkena wabah penyakit menular.